Minggu, 07 Juni 2009

Konsep Pembangunan yang di terapkan Pada Negara Berkembang (Indonesia).

A. Latar Belakang Masalah
Selama hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. Para ekonomi dan politisi dari semua negara, baik negara-negara kaya maupun miskin, yang menganut sistem kapitalis, sosialis maupun campuran, semuanya sangat mendambakan dan menomorsatukan pertumbuhan ekonomi (economic growth).
Pada setiap akhir tahun, masing-masing negara selalu mengumpulkan data-data statistiknya yang berkenaan dengan tingkat pertumbuhan GNP relatifnya, dan dengan penuh harap mereka menantikan munculnya angka-angka pertumbuhan yang membesarkan hati. “Pengejaran pertumbuhan” merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini. Seperti kita telah ketahui, berhasil-tidaknya program-program pembangunan di negara-negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat pertumbuhan output dan pendapatan nasional.Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur penilaian pertumbuhan ekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut.
Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu
pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan.
Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.

B. Identifikasi Masalah
Adapun identifikasi masalah yang dapat diteliti adalah sebagai berikut :
1. Konsep-konsep mengenei pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi.
2. Sejauh mana tingkat pertumbuhan ekonomi indonesia,dan pola pembangunan ekonomi negara berkembang
C. Pembatasan Masalah
Dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fisikal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal.Oleh sebab itu untuk memberikan suatu gambaran kasaar mengenai pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, ukuran yang selalu digunakan adalah tingkat pertumbuhan pendapatan nasional riil yang dicapai.Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.Pertumbuhan ekonomi juga merupakan tingkat kenaikan PDB atau PNB riil pada suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
D. Perumusan Masalah
Beradasarkan latar belakang di atas, ternyata memang beda antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan ekonomi. Hal yang akan dibahas di sini adalah apa sajakah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara dan upaya apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

E. Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian-uraian diatas maka tujuan makalah penelitian ini adalah : Untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mengetahui konsep pembangunan yang di terapkan pada Negara berkembang (Indonesia).



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Pengertian pertumbuhan ekonomi harus dibedakan dengan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi hanyalah merupakan salah satu aspek saja dari pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan output agregat khususnya output agregat per kapita.Menurut Boediono : Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita yang terus-menerus dalam jangka panjang.

B.TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI

Teori pertumbuhan ekonomi dapat dibagi menjadi 2 :
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historisa.
a. Frederich list (1789 - 1846)
Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut frederich listber adalah tingkat-tingkat yang dikenal dengan sebutan Stuffen theorien (teori tangga). Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi dibagi 4 sebagai berikut :
1) Masa berburu dan mengembara Pada masa ini manusia belum memenuhi kebutuhan hidupnya sangat mengantungkan diri pada pemberian alam dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri
2) Masa berternak dan bertanam Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir untuk hidup menetap. Sehingga mereka bermata pencaharian bertanam
3) Masa Bertani dan kerajinan
Pada masa ini manusia sudah hidup menetap sambil memelihara tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar usaha sampingan. 4) Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan.Pada masa ini kerajinan bukan sebagai usaha sampingan melainkan sebagai kebutuhan untuk di jual ke pasar, sehingga industri berkembang dari industri kerajinan menjadi industri besar.


b. Karu Bucher (1847 - 1930)
Tahap Perekonomian dapat dibagi menjadi 4 :
1) Rumah tangga tertutup
2) Rumah tangga kota
3) Rumah tangga bangsa
4) Rumah tangga dunia
c. Werner sombart (1863 - 1947)
1) Prakapitalisme (Varkapitalisme)
2) Zaman kapitalis madya (buruh kapitalisme)
3) Zaman kapitalai Raya (Hachkapitalismus)
4) Zaman kapitalis akhir (spetkapitalismus)
d. Walt Whitmen Rosfow (1916 - 1979)
1) Masyakart tradisional (Teh Traditional Society)
2) Persyaratan untuk lepas landas (Precondition for take off)
3) Lepas landas cake off)
4) Perekonomian yang matang / dewasa (Matarty of economic)
5) Masa ekonomi konsumsi tinggi (high mass consumption)

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik dan Neoklasik Teori pertumbuhan ekonomi klasik

a. Teori pertumbuhan menurut Adam Smith
An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the nation, teorinya yang dibuat dengan teori the invisible hands
(Teori tangan-tangan gaib) Pertumbuhan ekonomi ditandai oleh dua fakto yang saling berkaitan :
1) Pertumbuhan penduduk
2) Pertumbuhan output totalPertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini. 1) sumber-sumber alam 2) tenaga kerja (pertumbuhan penduduk 3) jumlah persediaan


b. David Ricardo dan T.R Malthus
Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut deret hitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurut deret ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subisten atau kemandegan.Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasikc.
c. Robert Sollow
Rober Sollow lahir pada tahun 1950 di Brookyn, ia seorang peraih nobel di bidang dibidang ilmu ekonomi pada tahun 1987. Robert Sollow menekankan perhatiannya pada pertumbuhan out put yang akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama. Yaitu modal dan tenaga kerja.
d. Harrod dan Domar
RF. Harrod dan Evsey Domar tahun 1947 pertumbhan ekonomi menurut Harrod dan domar akan terjadi apabila ada peningkatan produktivitas modal (MEC) dan produktivitas tenaga kerja
e. Joseph Schumpeter
Menurut J. Schumpeter, pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh adanya proses inovasi-inovasi (penemuan-penemuan baru di bidang teknologi produksi) yang dilakukan oleh para pengusaha. Tanpa adanya inovasi, tidak ada pertumbuhan ekonomi.

C.UKURAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Apakah alat yang bisa digunakan untuk mengetahui adanya pertumbuhan ekonomi suatu negara? Menurut M. Suparko dan Maria R. Suparko ada beberapa macam alat yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu :
1.Produk Domestik Bruto
PDB adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam harga pasar. Kelemahan PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi adalah sifatnya yang global dan tidak mencerminkan kesejahteraan penduduk.
2.PDB per Kapita atau Pendapatan Perkapita
PDB per kapita merupakan ukuran yang elbih tepat karean telah memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatn perkapita dapat diketahui dengan membagi PDB dengan jumlah penduduk.
3.Pendapatan Per jam Kerja
Suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibandingkan negara lain bila mempunyai tingkat pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi daripada upah per jam kerja di negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama.
Perkembangan PDB Indonesia
Total PDB
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007(*) 2008(*)
95,446 140,001 150,196 141,255 172,975 208,311 256,00 284,072 364,239 420,00 467,00
(*) Sumber : CEIC, Perkiraan Mandiri Sekuritas
PDB per kapita
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007(*) 2008(*)
771 933 1100 1181 1303 1644 1868 2053
(*) Sumber : CEIC, Perkiraan Mandiri Sekuritas
semua angka dalam miliar dolar AS

D. MODEL – MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI

Harrord Domar Keadaan “ Steady– State Growth”
Model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar adalah model pertumbuhan yang mengacu pada pertumbuhan ekonomi negara-negara maju, model itu merupakan perkembangan langsung teori ekonomi makro Keynes yang merupakan teori jangka pendek yang menjadi teori jangka panjang. Pada model Harrod-Domar investasi diberikan peranan yang sangat penting. Dalam jangka panjang investasi mempunyai pengaruh kembar. Di satu sisi investasi mempengaruhi permintaan agregat di sisi lain investasi mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambah stok modal yang tersedia. Harrod menyimpulkan agar suatu ekonomi nasional selalu tumbuh dengan kapasitas produksi penuh (kesempatan kerja penuh) yang disebutnya sebagai “ Pertumbuhan ekonomi yang mantap” (steady-state growth) “

Efek permintaan yang ditimbulkan dari penambahan investasi harus selalu diimbangi oleh efek penawarannya tanpa terkecuali. Tetapi investasi dilakukan oleh pengusaha yang mempunyai pengharapan yang tidak selalu sama dari waktu ke waktu, karena itu keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai secara mantap pula apabila pengharapan para pengusaha stabil dan kemungkinan terjadinya hal itu sangat kecil, seperti yang dikemukakan oleh Joan Robinson (golden age).
Di samping itu Harrod mengemukakan bahwa sekali keseimbangan itu terganggu, maka gangguan itu akan mendorong ekonomi nasional menuju ke arah depresi atau inflasi sekular. Karena itu Harrod melambangkan keseimbangan ekonomi tersebut sebagai keseimbangan mata pisau, mudah sekali tergelincir dan sekali tergelincir semuanya akan menjadi hancur (jadi keseimbangan yang tidak stabil).
Model pertumbuhan ekonomi Domar hampir mirip dengan model Harrod walaupun ada beberapa perbedaan yang esensial pula antara kedua model itu. Perbedaan itu khususnya menyangkut mengenai tiadanya fungsi investasi pada model Domar, sehingga investasi yang sebenarnya tidak ditentukan di dalam modelnya. Karena itu kesulitan pencapaian keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap bagi Harrod, disebabkan oleh sulitnya kesamaan v dan vr atau laju pertumbuhan yang disyaratkan dengan laju pertumbuhan natural, sedang bagi Domar kesulitan itu timbul karena adanya kecenderungan masyarakat untuk melakukan investasi yang relatif terlalu rendah (underinvestment).
Model Neo-Klasik sebagaimana dikemukakan oleh Solow (juga Swan) mencoba memperbaiki kelemahan model Harrod-Domar dengan mengolah asumsi yang mengenai fungsi produksi yang digunakan, dari fungsi produksi dengan proporsi tetap, menjadi fungsi produksi dengan proporsi yang variabel. Berbeda dengan visi Harrod-Domar yang suram dan menakutkan visi teori Neo-Klasik adalah visi yang menggembirakan dan serasi dengan proses ekonomi yang otomatik dan mekanistik. Kelemahan pokok teori Neo-Klasik adalah dihilangkannya peranan pengharapan para pengusaha yang dalam teori Keynes menduduki peranan sentral.


























BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN.

A. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI.

1. Akumulasi Modal
Akumulasi modal (capital accumulation) terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan, dan bahan baku meningkatkan stock modal (capital stock) fisik suatu negara (yakni, total nilai riil “neto” atas seluruh barangmodal produktif secara fisik) dan hal itu jelas memungkinkan terjadinya peningkatan output di masa-masa mendatang. Investasi produktif yang bersifat langsung tersebut harus dilengkapi dengan berbagai investasi penunjang yang disebut investasi “infrastuktur” ekonomi dan social.
Di samping investasi yang bersifat langsung banyak cara yang bersifat tidak langsung untuk menginvestasikan dana dalam berbagai jenis sumber daya. Di samping itu ada juga Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia dapat meningkatkan kualitas modal manusia, sehingga pada akhirnya akan membawa dampak posiyif yang sama terhadap manusia. Segenap kegiatan yang dijelaskan di atas merupakan bentuk-bentuk investasi yang menjurus ke akumulasi modal.

2.Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja
Pertumbuhan penduduk da pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan pendududuk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu factor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domesticnya. Meskipun demikian, kita masih mempertanyakan apakah begitu cepatnya pertumbuhan penawaran angkatan kerja di Negara-negara berkembang (sehingga banyak diantara mereka yang mengalami kelebihan tenaga kerja) benar-benar akan memberikan dampak positif, atau justru negatif, terhadap pembangunan ekonominya.
Sebenarnya, hal tersebut (positif atau negativenya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi) sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonimian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut. Adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau factor_faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.

3.Kemajuan TeknologiKemajuan teknologi (technological progress)
Bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Dalam pengertiannya yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan atas cara-cara lamadalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional seperti kegiatan menanam jagung, membuat pakaian, atau membangun rumah. Kita mengenal tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu: kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological progress), kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress), dan kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving technological progress).
Kemajuan teknologi yang netral (neutral technolohical progress).Terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Inovasi yang sederhana, seperti pembagian tenaga kerja (semacam spesialisasi) yang dapat mendorong peningkatan output dan kenaikan konsumsi masyarakat adalah contohnya. Sementara itu, kemajuan teknologi dapat berlangsung sedemikian rupa sehingga menghemat pemakaian modal atau tenaga kerja (artinya, penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama). Penggunaan komputer, mesin tekstil otomatis, bor listrik berkecepatan tinggi, traktor dan mesin pembajak tanah, dan banyak lagi jenios mesin serta peralatan modern lainnya, dapat diklasifikasikan sebagai kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress).
Sedangkan kemajuan teknologi hemat modal (capital-saving technological progress) merupakan fenomena yang langka. Hal ini dikarenakan hamper semua penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di Negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja, dan bukan menghemat modal. Di Negara-negara dunia ketiga yang berlimpah tenaga kerja tetapi langka modal, kemajuan teknologi hemat modal merupakan sesuatu yang paling diperlukan. Kemajuan teknologi juga dapat meningkatkan modal atau tenaga kerja.
Kemajaun teknologi yang meningkatkan pekerja (labor-augmenting technological progress) terjadi apabila penerapan teknologi tersebut mampu meningkatkan mutu atau ketrampilan angkatan kerja secara umum. Misalnya, dengan menggunakan videotape, televise, dan media komunikasi elektronik lainnya di dalam kelas, proses belajar bias lebih lancar sehingga tingkat penyerapan bahan pelajaran juga menjadi lebih baik. Demikian pula halnya dengan kemajuan teknologi yang meningkatkan modal (capital-augmenting technological progress). Jenis kemajuan ini terjadi jika penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih produktif. Misalnya, penggunaan bajak kayu dengan bajak baja dalam produksi pertanian.

B.MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Posisi Negara-negara berkembang dewasa ini dalam banyak hal berbeda dengan yang dimiliki oleh Negara-negara maju pada saat lepas landas ke arah era pertumbuhan ekonomi modern. Dalam kondisi awal tersebut, paling tidak terdapat delapan perbedaan penting yang mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi dan syarat-syarat terlaksanya pembangunan ekonomi modern. Kedelapan butir perbedaan yang utama dan yang perlu dianalisis lebih lanjut itu adalah sebagai berikut :
1.Perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas modal manusia.
2.Perbedaan pendapatan per kapita dan tingkat GNP dibandingkan negara –negara lainnya di dunia.
3.Perbedaan iklim.
4.Perbedaan jumlah penduduk, distribusi, serta laju pertumbuhannya.
5.Peranan sejarah migrasi internasional.
6.Perbedaan dalam memperoleh keuntungan dari perdagangan internasional
7.Kemampuan melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidang ilmiah dan teknologi dasar.
8.Stabilitas dan fleksibilitas lembaga-lembaga politik dan sosial.
Oleh karena itu agar bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara maka dapat dilakukan upaya perbaikan di segala bidang dan mengeluarkan berbagai macam kebijakan yang pro terhadap pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

C. PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA.
Diantara para pengeritik pola pembangunan ekonomi yang telah ditempuh oleh kebanyakan negara berkembang, termasuk Indonesia, terdapat banyak orang yang beranggapan bahwa pertumbuhan ekonomi yang pesat selalu dibarengi kenaikan dalam ketimpangan pembagian pendapatan atau ketimpangan relatif. Dengan perkataan lain, para pengeritik ini, termasuk banyak ekonom, beranggapan bahwa antara pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembagian pendapatan terdapat suatu Trade-Off, yang membawa implikasi bahwa pemerataan dalam pembagian pendapatan hanya dapat dicapai jika laju pertumbuhan ekonomi diturunkan. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi selalu akan disertai kemerosotan dalam pembagian pendapatan atau kenaikan dalam ketimpangan relatif.
Disamping ketimpangan dalam pembagian pendapatan (ketimpangan relatif), perlu juga diperhatikan masalah lain yang tidak kurang pentingnya, yaitu sampai seberapa jauh pertumbuhan ekonomi dapat berhasil dalam menghilangkan, sedikit-dikitnya mengurangi kemiskinan absolut.Penelitian yang dilakukan oleh Adelman dan Morris (1973) mengungkapkan bahwa negara-negara berkembang bukan saja menghadapi kemerosotan dalam ketimpangan relatif, tetapi juga masalah kenaikan dalam kemiskinan absolut.Dalam hubungan ini kemiskinan absolut diartikan sebagai suatu keadaan dimana tingkat pendapatan absolut dari suatu orang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, seperti pangan, sandang, pemukiman, kesehatan dan pendidikan. Besarnya kemiskinan absolut tercermin dari jumlah penduduk yang tingkat pendapatan atau tingkat konsumsinya berada di bawah “tingkat minimum” yang telah ditetapkan di atas.Negara-negara berkembang ini dapat dibagi dalam tiga sub-kelompok, yaitu:
1. Negara-negara berkembang yang berpendapatan rendah dengan Gnp per kapita di bawah US$ 350 (hargaUS$ tahun 1970) pada tahun 1975
2. Negara-negara berkembang yang berpendapatan menengah dengan GNP per kapita anatara US$350-US$750 (harga US$ tahun 1970).
3. Negara-negara berkembang yang berpendapatan tinggi yang pada tahun 1975 sudah mempunyai tingkat GNP per Kapita di atas US$750 (harga US$ tahun 1970).
Jika negara-negara berkembang dibedakan lebih lanjut menurut ketiga sub-kelompok ini, ternyata bahwa secara relative ketiga sub-kelompok ini memperlihatkan penurunan dan persentase golongan penduduk yang miskin selama kurun waktu 1960-1975, yaitu untuk sub-kelompok negara-negara berkembang yang berpendapatan rendah dari 61,7 persen sampai 50,7 persen; untuk sub-kelompok negara yang berpendapatan menengah dari 49,2 persen sampai 31 persen; dan sub-kelompok negara yang berpendapatan tinggi dari 24,9 persen sampai 12,6 persen.
Dengan demikian angka-angka di atas memperlihatkan bahwa masalah kemiskinan absolut justru paling parah di negara-negara berkembang yang paling miskin. Hal ini memang tidak begitu mengherankan, karena besarnya masalah kemiskinan absolut di sesuatu negara tergantung pada dua faktor, yaitu tingkat pendapatan rata-rata (per kapita) dan tingkat ketimpangan dalam pembagian pendapatan nasional tersebut.Dengan demikian masalah kemiskinan absolut di negara-negara berkembang hanya dapat ditanggulangi secara tuntas melelui suatu kombinasi kebijaksanaan, yang meliputi peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, usaha pemerataan yang lebih besar dalam pembagian pendapatan, dan penurunan dalam laju pertumbuhan penduduk.
Kajian Pengeluaran Publik
Sejak krisis keuangan Asia di akhir tahun 1990-an, yang memiliki andil atas jatuhnya rezim Suharto pada bulan Mei 1998, keuangan publik Indonesia telah mengalami transformasi besar. Krisis keuangan tersebut menyebabkan kontraksi ekonomi yang sangat besar dan penurunan yang sejalan dalam pengeluaran publik. Tidak mengherankan utang dan subsidi meningkat secara drastis, sementara belanja pembangunan dikurangi secara tajam.
Saat ini, satu dekade kemudian, Indonesia telah keluar dari krisis dan berada dalam situasi dimana sekali lagi negara ini mempunyai sumber daya keuangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Perubahan ini terjadi karena kebijakan makroekonomi yang berhati-hati, dan yang paling penting defisit anggaran yang sangat rendah. Juga cara pemerintah membelanjakan dana telah mengalami transformasi melalui "perubahan besar" desentralisasi tahun 2001 yang menyebabkan lebih dari sepertiga dari keseluruhan anggaran belanja pemerintah beralih ke pemerintah daerah pada tahun 2006. Hal lain yang sama pentingnya, pada tahun 2005, harga minyak internasional yang terus meningkat menyebabkan subsidi minyak domestik Indonesia tidak bisa dikontrol, mengancam stabilitas makroekonomi yang telah susah payah dicapai. Walaupun terdapat resiko politik bahwa kenaikan harga minyak yang tinggi akan mendorong tingkat inflasi menjadi lebih besar, pemerintah mengambil keputusan yang berani untuk memotong subsidi minyak.
Keputusan tersebut memberikan US$10 milyar tambahan untuk pengeluaran bagi program pembangunan. Sementara itu, pada tahun 2006 tambahan US$5 milyar telah tersedia berkat kombinasi dari peningkatan pendapatan yang didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil secara keseluruhan dan penurunan pembayaran utang, sisa dari krisis ekonomi. Ini berarti pada tahun 2006 pemerintah mempunyai US$15 milyar ekstra untuk dibelanjakan pada program pembangunan. Negara ini belum mengalami 'ruang fiskal' yang demikian besar sejak peningkatan pendapatan yang dialami ketika terjadi lonjakan minyak pada pertengahan tahun 1970an. Akan tetapi, perbedaan yang utama adalah peningkatan pendapatan yang besar dari minyak tahun 1970-an semata-mata hanya merupakan keberuntungan keuangan yang tak terduga. Sebaliknya, ruang fiskal saat ini tercapai sebagai hasil langsung dari keputusan kebijakan pemerintah yang hati hati dan tepat.
Walaupun demikian, sementara Indonesia telah mendapatkan kemajuan yang luar biasa dalam menyediakan sumber keuangan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan, dan situasi ini dipersiapkan untuk terus berlanjut dalam beberapa tahun mendatang, subsidi tetap merupakan beban besar pada anggaran pemerintah. Walaupun terdapat pengurangan subsidi pada tahun 2005, total subsidi masih sekitar US$ 10 milyar dari belanja pemerintah tahun 2006 atau sebesar 15 persen dari anggaran total.
Berkat keputusan pemerintahan Habibie (Mei 1998 - Agustus 2001) untuk mendesentralisasikan wewenang pada pemerintah daerah pada tahun 2001, bagian besar dari belanja pemerintah yang meningkat disalurkan melalui pemerintah daerah. Hasilnya pemerintah propinsi dan kabupaten di Indonesia sekarang membelanjakan 37 persen dari total dana publik, yang mencerminkan tingkat desentralisasi fiskal yang bahkan lebih tinggi daripada rata-rata OECD.
Dengan tingkat desentralisasi di Indonesia saat ini dan ruang fiskal yang kini tersedia, pemerintah Indonesia mempunyai kesempatan unik untuk memperbaiki pelayanan publiknya yang terabaikan. Jika dikelola dengan hati-hati, hal tersebut memungkinkan daerah-daerah tertinggal di bagian timur Indonesia untuk mengejar daerah-daerah lain di Indonesia yang lebih maju dalam hal indikator sosial. Hal ini juga memungkinkan masyarakat Indonesia untuk fokus ke generasi berikutnya dalam melakukan perubahan, seperti meningkatkan kualitas layanan publik dan penyediaan infrastruktur seperti yang ditargetkan. Karena itu, alokasi dana publik yang tepat dan pengelolaan yang hati-hati dari dana tersebut pada saat mereka dialokasikan telah menjadi isu utama untuk belanja publik di Indonesia kedepannya.
Sebagai contoh, sementara anggaran pendidikan telah mencapai 17.2 persen dari total belanja publik- mendapatkan alokasi tertinggi dibandingkan sektor lain dan mengambil sekitar 3.9 persen dari PDB pada tahun 2006, dibandingkan dengan hanya 2.0 persen dari PDB pada tahun 2001 - sebaliknya total belanja kesehatan publik masih dibawah 1.0 persen dari PDB . Sementara itu, investasi infrastruktur publik masih belum sepenuhnya pulih dari titik terendah pasca krisis dan masih pada tingkat 3.4 persen dari PDB . Satu bidang lain yang menjadi perhatian saat ini adalah tingkat pengeluaran untuk administrasi yang luar biasa tinggi. Mencapai sebesar 15 persen pada tahun 2006, menunjukkan suatu penghamburan yang signifikan atas sumber daya publik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pertumbuhan Ekonomi di setiap negara berbeda - beda tergantung dari tingkat pendapatan per kapita suatu negara tersebut dan tergantung dari berapa besar pendapatan / penghasilan dari penduduknya. Jika pendapatan Negara itu tinggi maka pertumbuhan ekonominya juga cepat tetapi sebaliknya jika pendapatan suatu negara itu di bawah rata – rata maka pertumbuhna ekonominya juga rendah.Beberapa ahli ekonomi mengemukakan pertumbuhan ekonomi dengan persepsi yang berbeda – beda. Seperti pada alitan klasik an Neo klasik. Sebagai contoh nya : Robert Solow mengemukakan pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian tekonologi modern dan hasil / output. Dan masih banyak lagi tokoh – tokoh yang mengemukakan pertumbuhan ekonomi dalam arti yang berbeda – beda.Pertumbuhan ekonomi pada zaman sekarang ini berdampak pada kehidupan penduduk suatu negara. Semuanya ini berpengaruh pada kesejahteran rakyat banyak. Oleh karena itu negara terus memajukan pendapatan negara dengan menaikkan harga – harga kebutuhan pokok seperti minyak yang katanya bisa menjadikan lebih baik tingkat perekonomian kita.
B.Saran
Dengan demikian dapat kita sarankan kepada pemerintah dengan penjelasan sebagai berikut :
1.Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidak stabilan sosial, politik, dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban hukum serta persatuan dan perdamaian di dalam negeri.Ini sangat diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang merupakan motor pertumbuhan ekonomi.
2.Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta melaksanakan fungsi entreprenurial yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital dan mengambil inisiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori proses pertumbuhan.
3.Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi yang dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan produktivitas perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak didukung oleh adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan program pelayanan kesehatan dasr masyarakat, pendidikan, irigasi, penyediaan jalan dan jembatan serta fasilitas komunikasi, program-program latihan dan keterampilan, dan program lainnya yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
4.Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sekor swasta) merupakan pusat atau faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena rendahnya tingkat pendapatan dan karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumsi di negara-negara maju olah kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.
5.Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat. Program pemerintahlah yang mampu secara intensif menurunkan laju pertambahan penduduk yang cepat lewat program keluarga berencana dan melaksanakan program-program pembangunan pertanian atau daerah pedesaan yang bisa mengerem atau memperlambat arus urbanisasi penduduk pedesaan menuju ke kota-kota besar dan mengakibatkan masalah-masalah social, politis, dan ekonomi.
6.Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan kapasitas produksi masyarakat, yaitu sumber-sumber alam dan manusia, kapital, dan teknologi;tetapi juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa kenaikkan potensi produksi tidak dapat direalisasikan




BAB V
DATA DAN FAKTA
PDB
TAHUN DASAR 2000


TAHUN

Harga Konstan Harga Berlaku
Pertumbuhan
(%) PDB
(Milyar Rp.) PDB Tanpa Minyak
Gas Bumi PDB
(Milyar Rp.) PDB Tanpa Minyak
Gas Bumi
2000 :
266,16 1.389.770,30 1.218.334,4 1.389.769,5 1.218.333,7
- TW. 1 259,72 341.642,90 297.837,4 324.232,1 288.138,8
- TW. 2 -0,64 339.447,40 298.618,9 336.314,0 297.536,4
- TW. 3 4,55 354.906,70 311.841,4 360.783,2 314.605,5
- TW. 4 -0,32 353.773,20 310.036,7 368.440,2 318.053,0
2001 :
3,64 1.440.405,70 1.278.060,0 1.646.322,0 1.467.642,3
- TW. 1 1,53 356.114,90 313.832,4 386.648,8 341.696,3
- TW. 2 1,24 360.533,00 321.391,0 416.069,9 366.288,6
- TW. 3 1,94 367.517,40 327.908,5 426.828,3 383.004,0
- TW. 4 -3,07 356.240,40 314.928,1 416.775,0 376.653,4
2002 :
4,50 1.505.216,40 1.344.906,3 1.821.833,4 1.659.081,4
- TW. 1 3,48 368.650,40 327.440,0 436.975,1 399.139,3
- TW. 2 1,92 375.720,90 336.582,0 450.640,4 411.463,1
- TW. 3 3,25 387.919,60 348.044,6 472.136,1 430.994,4
- TW. 4 -3,87 372.925,50 332.839,7 462.081,8 417.484,6
2003 :
4,78 1.577.171,30 1.421.474,8 2.013.674,6 1.840.854,9
- TW. 1 3,71 386.743,90 347.907,8 496.247,8 447.956,0
- TW. 2 2,04 394.620,50 356.136,9 498.023,8 456.727,2
- TW. 3 2,78 405.607,60 366.198,5 516.103,7 475.138,9
- TW. 4 -3,80 390.199,30 351.231,6 503.299,3 461.032,8
2004 :
5,03 1.656.516,80 1.506.296,6 2.295.826,2 2.083.077,9
- TW. 1 3,18 402.597,30 364.906,5 536.605,3 490.625,7
- TW. 2 2,32 411.935,50 374.558,4 564.422,1 514.874,0
- TW. 3 2,89 423.852,30 386.240,1 595.320,6 537.892,2
- TW. 4 -1,35 418.131,70 380.591,6 599.478,2 539.686,0
2005 :
5,69 1.750.815,20 1.605.261,3 2.774.281,1 2.458.234,3
- TW. 1 2,03 426.612,10 389.939,2 632.330,5 569.485,3
- TW. 2 2,23 436.121,30 400.106,4 670.475,6 596.522,9
- TW. 3 2,86 448.597,70 412.187,0 713.000,1 628.713,4
- TW. 4 -2,03 439.484,10 403.029,2 758.474,9 663.512,7
2006 :
5,51 1.939.250,00 1.703.422,0 3.339.479,6 2.967.303,1
- TW. 1 2,05 469.642,00 412.699,0 782.787,7 693.112,1
- TW. 2 2,07 483.795,00 421.771,0 812.968,4 721,1
- TW. 3 3,77 502.547,00 439.320,0 870.551,4 775.940,5
- TW. 4 -1,91 483.266,00 429.633,0 873.181,1 777.132,9
* 2007 :
6,32 1.963.092,00 1.820.512,0 3.957.403,9 3.540.950,1
- TW. 1 2,12 475.533,00 440.000,0 920.214,0 826.404,5
- TW. 2 2,37 488.026,00 452.753,0 962.838,2 864.575,6
- TW. 3 3,87 506.168,00 470.122,0 1.033.261,8 922.930,5
- TW. 4 -2,15 493.365,00 457.637,0 1.041.089,9 927.039,5
** 2008 :
6,06 2.082.104,00 1.939.250,0 4.954.029,0 4.426.385,0
- TW. 1 2,41 505.243,00 469.642,0 1.117.580,0 994.370,0
- TW. 2 2,79 519.359,00 483.795,0 1.229.645,0 1.087.667,0
- TW. 3 3,70 538.567,00 502.547,0 1.332.517,0 1.188.233,0
- TW. 4 -3,35 518.935,00 483.266,0 1.274.287,0 1.156.116,0
*** 2009 :
4,37 527.330,20 491.975,4 1.300.297,7 1.207.933,1
- TW. 1 4,37 527.330,20 491.975,4 1.300.297,7 1.207.933,1

Sumber Badan Pusat Statistik, diolah Departemen Perindustrian
Keterangan *) Angka sementara
**) Angka sangat sementara
***) Angka sangat sangat sementara
GDP - real growth rate: 6.3% (2007 est.)
Year
GDP - real growth rate Rank Percent Change Date of Information
2003 3.50 % 83 2002 est.
2004 4.10 % 75 17.14 % 2003 est.
2005 4.90 % 87 19.51 % 2004 est.
2006 5.60 % 77 14.29 % 2005 est.
2007 5.50 % 82 -1.79 % 2006 est.
2008 6.30 % 71 14.55 % 2007 est.

Jumat, 24 April 2009

BAB IV

Modal Manusia:Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi

  1. Peran Sentral Pendidikan dan Kesehatan

Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan pembangunan yang mendasar,terlepas dari hal-hal lain,kedua hal itu merupakan hal yang penting.Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan,dan pendidikan merupakan hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan beharga Keduanya merupakan hal yang fundamental untuk membentuk kapabilitas manusia yang lebih luas yang berada pada inti makna pembangunan

Pada saat yang sama,pendidikan memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan sebuah Negara berkembang untuk menyerap teknologi modern vdan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang produktivitas,sementara keberhasilan pendidikan juga bertumpu pada kesehatan yang baik.Oleh karena itu,kesehatan dan juga pendidikan juga dapat dilihat sebagai komponen pertumbuhan dan pembangunan yang vital sebagai input produksi aggregat.Peran gandanya sebagai input maupun output menyebabkan kesehatan dan pendidikan sangat pentingdalam pembangunan ekonomi.

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang berani menolak dasar pertimbangan mengapa sektor pendidikan menjadi sektor unggulan. Tony Blair, ketika menjadi perdana menteri Kerajaan Inggris, menyatakan dengan tegas tentang pentingnya pendidikan dengan menegaskan: ”pendidikan, pendidikan, dan pendidikan”. We cannot discuss the third millennium (the 21st century) without taking education into account”. Bahkan dari sisi lain komponen penting pendidikan, mantan Menteri Pendidikan, Daud Yusuf, menegaskan bahwa di dunia ini hanya ada dua profesi, yakni guru dan bukan guru.

Untuk ini, Indonesia lebih spesial lagi, karena dalam konstitusinya telah ditegaskan bahwa anggaran pendidikan minimal 20%, baik dari APBN maupun APBD. Ketentuan ini pun lebih ditegaskan lagi dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa anggaran 20% itu tidak termasuk anggaran untuk gaji guru dan tenaga kependidikan.

Mengapa sektor pendidikan ini menjadi sangat penting dan menjadi sektor unggulan dalam pembangunan nasional suatu negara, termasuk bagi suatu daerah otonom.

Pertama, hasil (outcome) pendidikan memiliki dampak yang besar terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di suatu daerah atau negara. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam berbagai bidang kehidupan, baik ideologi, politik, sosial, ekonomi, dan budaya, amat tergantung dari hasil pendidikan yang berkualitas. Kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan, sebagai contoh, merupakan hasil kerja pendidikan. Dengan demikian, kegiatan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kesehatan tidak perlu banyak dilakukan oleh kementerian kesehatan jika proses pendidikan telah berhasil membentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan tentang kesehatan. Dampak langsung maupun tidak langsung juga berlaku terhadap sektor-sektor pembangunan yang lainnya, termasuk sektor yang selama ini dinilai paling penting, yakni sektor ekonomi.

Pembangunan sektor pendidikan akan meningkatkan produktivitas dan daya saing suatu bangsa. Peningkatan produktivitas mempunyai kaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara atau daerah. Tingkat rata-rata pendidikan masyarakat mempunyai korelasi yang berbading lurus dengan tingkat ekonomi masyarakat. Makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, akan makin tinggi pula peran serta masyarakat, termasuk wanitanya. Dengan demikian, makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, makin tinggi pula produktivitas masyarakat. Dengan kata lain, makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, makin tinggi pula income perkapita masyarakat. Dengan demikian, sekali lagi pembangunan sektor pendidikan akan mengangkat secara langsung ataupun tidak langsung sektor ekonomi. Jika sektor ekonomi saja banyak didukung oleh sektor pendidikan, apakah lagi dengan sektor-sektor lainnya.

Kedua, hasil pembangunan sektor pendidikan yang diharapkan adalah dari perubahan sikap mental masyarakat, katakanlah misalnya dalam bidang kesehatan. Pendidikan yang baik pada hakikatnya akan mengubah sikap mental atau kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan, misalnya termasuk tentang bahaya narkoba dan bahkan bahaya HIV dan AIDS. Sebagai contoh, di Zambia, remaja usia 15 sampai 19 tahun yang telah menerima pendidikan menengah, memiliki kemungkinan kecil terjangkit virus AIDS daripada mereka yang kurang berpendidikan (UNESCO).

Contoh lain, tingkat pendidikan yang tinggi dalam masyarakat akan berpengaruh secara signifikan terhadap upaya pengendalian laju pertambahan penduduk. Peningkatan rata-rata pendidikan masyarakat akan meningkatkan rata-rata usia kawin, dan dengan demikian akan menekan angka kelahiran, dan pada gilirannya akan menekan angka pertambahan penduduk di suatu negara. Dengan demikian, pembangunan sektor pendidikan akan berpengaruh sangat positif terhadap sektor-sektor lain.

Masih banyak contoh lain yang dapat disebutkan dalam tulisan ini jika kita akan mengkaji tentang dasar pertimbangan mengapa sektor pendidikan memang pantas menjadi sektor unggulan dalam pembangunan nasional.

Masalah modal manusia(Human Capital),Keterkaitan antara kesehatan dan pendidikan mencakup perlakuan analitis yang serupa,Karena keduanya merupakan bentuk dari modal manusia;dampak ganda dari pengeluaran untuk kesehatan terhadap efektivitas system pendidikan dan sebaliknya;serta fakta dasar bahw ajika kita berbicara mengenai investasi dalam kesehatan seseorang dan investasi dalam pendidikan seseorang,maka pada kenyataan nya kita memebicarakan orang yang sama.

Kemudian kita akan membahas hubungan antara pendapatan disuatau sisi dan kesehatan serta pendidikan di sisisi yang lainnya.Meskipun terkait erat,namun kita akan melihat bahwa pendapatan rumah tangga yang tinggi,tidak menjamin tingginya tingkat kesehatan dan pendidikan:Modal manusia harus mendapat perhatian tersendiri,bahkan didalam perekonomian yang tumbuh dengan cepat.Distribusi kesehatan dan pendidikan boleh jadi sangat timpang seperti halnya pendapatan dan kekayaan.Namun peningkatan kesehatan dan pendidikandapat membantu keluarga untuk keluar dari jebakan lingkaran setan kemiskinan.Pada sat yang sama,penyebab paling penting dari kesehatan yang buruk di Negara-negara berkembang adalah kemiskina itu sendiri.Akhirnya,kita akan melakukan kajian sistematis atas sistem pendidikan dan kesehatan dinegara-negara berkembang untuk memahami sumber-sumber ketimpangan dan inefesiensi yang parah yang selalau menyelimuti mereka.Kita akan mendapatkan bukti yang kuat yang menyatakan bahwa investasi dalam modal manusia harus diberikan secara merata dan efisien,sehingga dampak potensialnya terhadap pendapatan dapat di wujudkan.

2. Pendidikan dan kesehatan sebagai investasi gabungan dalam pembangunan

Kesehatan dan pendidikan sanagt erat hubungan nya dengan pembangunan ekonomi.Di satu sisi,modal kesehatan yang lebih baik dapat meningkatkan pengembalian investasi yang dicurahkan untuk pendidikan,karena kesehatan merupakan factor penting agar seseorang bisa hadir di sekolah dan dalam proses pembelajaran formal.Harapan hidup yang lebih panjang dapat meningkatkan pengembalian atas investasi dalam pendidikan;sementara kesehatan yang lebih baik akan menyebabkan rendahnya tingkat depresiasi modal pendidikan.Di sisi lain,modal pendidikan yang lebih baik dapat meningkatkan pengembalian atas investasi dalam kesehatan,karena banyak program kesehatan bergantung pada keterampilan dasar yang dipelajari disekolah,termasuk kesehatan pribadi dan sanitasi,disamping melek huruf dan angka;juga dibutuhkan pendidikan untuk membentuk dan melatih petugas pelayanan kesehatan.Akhirnya,perbaikan atas efesiensi produktif dari investasi dalam pendidikan dapat meningkatkan harapan hidup.

3. Trend dan Konvergensi Internasional dalam Bidang Kesehatan dan Pendidikan

Tingkat kesehatan dan pendidikan telah meningkat,baik di Negara maju maupun dinegara berkembang,namun ukuran kemajuan yang lebih cepat terjadi di Negara-negara berkembang.Akibatnya,terdapat sejumlah konvergensi internasional dalam berbagai ukuran ini.Hal ini sangat berlawanan dengan pendapatan perkapita,yang kurang atau tidak menampakkan tanda-tanda konvergensi antar Negara.Meskipun jurang kesehatan dan pendidikan antara Negara-negar berkembang dengan Negara maju masih tetap lebar,dan perbaikan dimasa depan tidaklah gampang,namun kemajuan yang terjadi hingga saat ini tidak dapat dipungkiri.

Tingkat Proporsi bersekolah mencerminkanperubahan investasi yang cepat dibidang pendidikan,ketimbang menunggu pendidikan anak-anak pada saat ini dibandingkan dengan tingkat pendidikan seluruh masyarakat ketika mereka menjadi dewasa.Namun demikian,ada juga keuntungan untuk mengukur kemajuan dengan”stok pendidikan”,atau tingkat pendidikan rata-rata dalam masyarakat secara keseluruhan,karena seseorang dapat masuk kesekolah dasr namun tidak dapat menyelesaikannya.

Di negara-negara miskin tingkat kematian anak,masih saja meninggal dengan tingkat 10 kali lipat lebih tinggi dari pada negar maju.Disamping itu,pola-pola yang lebih diterapkan dimasa lalu tidak dapt sepenuhnya digunakan untuk meramalkan tren masa depan.Sebagai contoh,juga mungkin terjadi bahwa tingkat konvergensi itu sendiri berjalan dengan lambat.Baru-baru,sejumlah kemajuan kesehatan di Negara-negara miskin sudah dilakukan dengan susah payah,ternyata mengalami serangan penyakit lain,terutama dari AIDS,juga tuberculosis(TBC),wabah malaria yang muncul kembali,dan bakteri-bakteri baru yang lebih resisten.

  1. Peningkatan Kesehatan dan pendidikan:Mengapa Peningkatan Pendapatan Saja Tidak Cukup

Sebagaimana terbukti pada bagian-bagian sebelumny,tingkat kesehatan dan pendidikan jauh lebih baik dinegara-negara berpendapatan tinggi.Terdapat berbagai alasan mengapa terjadi hubungan sebab akibat dalam dua arah seperti itu:dengan pendapatn yang tinggi,masyaratak dan pemerintah dapat mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk pendidikan dan kesehatan;dengan kesehatan dan pendikan yang lebih baik,produktivitas dan pendapatan yang lebih tingi akan lebih mudah dicapai.Karena adanya hubungan ini,maka kebijakan pembangunan harus difokuskan pada upaya untuk meningkatkan pendapatan,kesehatan,dan pendidikan secara bersama-sama,(Strategi multidimensi untuk mengurangi masalah kemiskinan absolut)

Sebagai barang normal orang akan “membeli” lebih banyak modal manusia (human capital) jika pendapatannya naik.Namun bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa meskipun kita mampu menaikkan pendapatan tanpa harus memperbaiki kesehatan dan pendidikan secara signifikan,kita tidak dapat memastikan bahwa peningkatan pendapatan tersebut akan diinvestasikan kedalam pendidikan dan kesehatan anak secara memadai.Pasar tidak akan memecahkan persoalan tersebut secara otomatis,dan dan dalam berbagai kasus telah di temukan bahwa pilihan konsumsi rumah tangga itu sendiri tidak menunjukkan keterkaitan yang kuat antara peneluaran dan pendapatan untuk peningkatan gizi,terutama untuk anak-anak.

Terdapat sebuah literature ekonomi mengenai elastisitas pendapatan dari permintaan akan kalori,yaitu perkiraan perubahan persentase konsumsi kalori dibandingkan dengan perubahan persentase pendapatan keluarga.

Bukti yang ada menunjukkan bahwa semakin tingi tingkat pendidikan sang ibu semakin baik tingkat kesehatan anaknya.Biasanya,pendidikan formal di butuhkan sebagai pelengkap akses ke informasi terbaru.Paul Glewwe menemukan bahwa pengetahuan seorang ibu memberikan dampak positif terhadap kesehatan anak nya.

Kemudian,kami menyimpulkan bahwa,terdapat imbasan yang penting dari investasi seseorang dalam pendidikan dan kesehatan.Orang yang berpendidikan akan memberi manfaat kepada orang-orang lingkungannya,seperti membaca untuk mereka atau menciptakan inovasi yang berguna bagi komunitasnya.Akibatnya,akan terdapat kegagalan pasar yang signifikan dalm pendidikan.Lebih jauh,orang yang sehat tidak akan menularkan penyakit,tetapi bermanfaat dalam komunitasnya dalam banyak hal,yang tidak dapat dilakukan oleh orang sakit.Karena adanya dampak imbasan seperti itu,maka pasar tidak dapat diandalkan untuk dapat memberikan level kesehatan dan pendidikan yang efesien secara social.Oleh karena itu WHO menyimpulkan dalam World Health Report tahun 2000 tentang system kesehatan bahwa “Tanggung jawab utama atas kinerja sisitem kesehatan terdapat di pundak pemerintah”.Pejabat yang bijaksan adi negar berkembang akan mengambil pelajaran dari berbagai studi yang menunjukkan keterkaitan antara kesehatan,pendidikan,dan pendapatan,serta merancang suatu strategi terpadu.

5.Investasi dalam Bidang Pendidikan dan Kesehatan :Pendekatan Modal Manusia

Analisis atas investasi dalam bidang kesehatan dan pendidikan menyatu dalam pendekatan modal manusia.Modal manusia(human capital) adalh istilah yang sering digunakan oleh para ekonom untuk pendidikan,kesehatan dan kapasitas manusia yang lain yang dapat meningkatkan produktivitas jika hal-hal tersebut ditingkatkan.Sebuah analogi terhadap investasi konfensional dalam modal fisik telah dibuat:setelah investasi awal dilakukan,maka dapat dihasilakan suatu aliran penghasilan masa depan dari perbaikan pendidikan dan kesehatan.Akibatnya,suatu tingkat pengembalian (rate of return) dapt diperoleh dan dibandingkan dengan pengembalian dari investasi yang lain.Hal ini dilakukan dengan cara memperkirakan nilai diskonto sekarang dari aliran pendapatan yang meningkat yang mungkin di hasilkan dari investasi-investasi ini akan kemudian membandingkannya dengan biaya lansung dan tidak lansungnya.Tentu saja,pendidikan dan kesehatan juga berkontribusi lansung terhadap kesejahteraan,namun pendekatan modal manusia berfokus pada kemampuan tidak lansung untuk meningkatkan utilitas dengan meningkatkan pendapatan.Pada bagian ini,kita secara umum akan mengambarkan beberapa poin yang berkaitan dengan investasi di bidang pendidikan,namaun prinsip yang sama juga berlaku untuk investasi di bidang kesehatan.

Bagi seseorang di negar berkembang yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ketingkat atas akan mengorbankan 4 tahun pendapatan yang tidak akan di perolehnya karena bersekolah.Hal ini adalah biaya tidak lansung.Anak tersebut dapat saja bekerja separuh waktu,namun kemungkinan itu diabaikan disini untuk menyederhanakan.Jika anak itu bekerja secara paruh waktu,maka hanya sebagian dari daerah biaya tidak lansung yang berlaku.

Disamping itu,juga terdapat biaya lansung seperti;biaya sekolah,seragam sekolah dan pengeluaran lain yang tidak akan dikeluarkan jika anak tersebut yidak melanjutkan sekolah begitu lulus dari sekolah dasar.Selama sisa hidupnya,dia akan berpenghasilan yang lebih besar,dibandingkan bekerja dengan berbekal ijazah SD.

Senin, 20 April 2009

KONSEP ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN


EKONOMI PEMBANGUNAN


Suatu cabang ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut supaya negara-negara berkembang dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat lagi.

PEMBANGUNAN EKONOMI

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya a t a u
Suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang
Analisis Ekonomi Pembangunan = Permasalahan Negara Sedang Berkembang

PERHATIAN TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI

Sebelum PD II para ilmuwan kurang memperhatikan pembangunan ekonomi, karena faktor-faktor sbb :

  1. Masih banyak negara sebagai negara jajahan
  2. Kurang adanya usaha dari tokoh masyarakat untuk membahas pembangunan ekonomi. Lebih mementingkan usaha untuk meraih kemerdekaan dari penjajah.
  3. Para pakar ekonomi lebih banyak menganalisis kegagalan ekonomi dan tingginya tingkat pengangguran (depresi berat)

Pasca PD II (Th. 1942), banyak negara memperoleh kemerdekaan (al : India, Pakistan, Phillipina, Korea & Indonesia), perhatian terhadap pembangunan ekonomi mulai berkembang disebabkan oleh :
  1. Negara jajahan yang memperoleh kemerdekaan
  2. Berkembangnya cita-cita negara yang baru merdeka untuk mengejar ketertinggalannya di bidang ekonomi.
    Adanya keinginan dari negara maju untuk membantu negara berkembang dalam mempercepat
  3. pembangunan ekonomi.

PENGGOLONGAN NEGARA-NEGARA DUNIA

I. Berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakat :

a. Negara Dunia Ke-I (First World)
(Negara Maju / Developed Country)


Eropa Barat (Inggris, Perancis, Belanda, Portugis, Jerman Barat)
Amerika Utara (USA, Kanada)
Australia, New Zeland, Jepang, Korea, China

b. Negara Dunia Ke-II (Second World)
(Negara Maju / Developed Country)

-
Eropa Timur (Rusia, Polandia, Jerman Timur, Cekoslowakia)

c. Negara Dunia Ke-III (Third World)
(Negara Sedang Berkembang / Negara Selatan
)

-
Sebagian besar Asia (kecuali Jepang, Korea dan China),
- Negara-negara Afrika
- Negara-negara Amerika Latin (Amerika Tengah dan Selatan).

PENGGOLONGAN NEGARA-NEGARA DUNIA

II. Berdasarkan pada Tingkat Pendapatan
Perkapita :

a.Negara Maju (Developed Country) > U$ 2.000
b.Negara Semi Maju (Semi Developing Country) > U$ 400
c.Negara Miskin (Under Developing Country) < U$ 400
Sumber :
World Bank, 1999.

Tujuan Analisis Ekonomi Pembangunan :
  1. Menelaah faktor-faktor yang menimbulkan ketiadaan pembangunan.
  2. Menelaah faktor-faktor yang menimbulkan keterlambatan pembangunan.
  3. Mengemukakan cara-cara pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah- masalah yang dihadapi sehingga mempercepat jalannya pembangunan.
Bidang-bidang penting yang dianalisis dalam Ekonomi Pembangunan :

1. Masalah pembentukan modal (investasi)

2. Masalah perdagangan luar negeri (Ekspor & Impor)
3. Masalah pengerahan tabungan (Saving)
4. Masalah bantuan luar negeri
5. Masalah dalam sektor pertanian atau industri
6. Masalah pendidikan dan peranannya dalam menc
iptakan pembangunan

PEMBANGUNAN EKONOMI & PERTUMBUHAN EKONOMI

PEMBANGUNAN EKONOMI ;
  1. PENINGKATAN PENDAPATAN PERKAPITA MASYARAKAT PERTAMBAHAN GDP > TINGKAT PERTAMBAHAN PENDUDUK
  2. PENINGKATAN GDP DIBARENGI DENGAN PEROMBAKAN STRUKTUR EKONOMI TRADISIONAL KE MODERNISASI
  3. PEMBANGUNAN EKONOMI UNTUK MENYATAKAN PERKEMBANGAN EKONOMI PADA NYSB.

PERTUMBUHAN EKONOMI ;
  1. KENAIKAN GDP TANPA MEMANDANG TINGKAT PERTAMBAHAN PENDUDUK DAN PERUBAHAN STRUKTUR ORGANISASI EKONOMI.
  2. PERTUMBUHAN EKONOMI UTK MENYATAKAN PERKEMBANGAN EKONOMI NEGARA MAJU.

SEBAB-SEBAB PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI :


1. KEINGINAN NEGARA UNTUK MENGEJAR KETINGGALAN
2. PERTUMBUHAN PENDUDUK
3. ADANYA KEHARUSAN NEGARA MAJU UNTUK MEMBANTU NYSB
4. ADANYA PERIKEMANUSIAAN THD NYSB

METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL


1.
METODE PRODUKSI (Production Methode)
2. METODE PENDAPATAN (Income Methode)
3. METODE PENGELUARAN (Expenditure Methode)

11 SEKTOR PRODUKTIF PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL :

1. PERTANIAN
2. INDUSTRI PENGOLAHAN
3. PERTAMBANGAN DAN GALIAN
4. LISTRIK
5. AIR DAN GAS
6. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
8. PERDAGANGAN
9. BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN
10. SEWA RUMAH
11. PERTAHANAN
12. JASA LAINNYA

CARA PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

1.
PENDAPATAN NASIONAL HARGA BERLAKU
(NOMINAL) (CURRENT PRICE)

2. PENDAPATAN NASIONAL HARGA TETAP (RIIL)
(CONSTANT PRICE)

PENDAPATAN PERKAPITA PERTAHUN PERLU DIKETAHUI UNTUK :

1. MEMBANDINGKAN TINGKAT KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT DARI MASA KE MASA

2. MEMBANDINGKAN LAJU PERKEMBANGAN
EKONOMI ANTAR BERBAGAI NEGARA

3. MELIHAT BERHASIL TIDAKNYA PEMBANGUNAN
EKONOMI SUATU NEGARA.

TINGKAT PENDAPATAN PERKAPITA TIDAK SEPENUHNYA MENCERMINKAN TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN TINGKAT PEMBANGUNAN SUATU NEGARA, KARENA :
  1. KELEMAHAN-KELEMAHAN YG BERSUMBER DARI KETIDAKSEMPURNAAN DALAM MENGHITUNG PENDAPATAN NASIONAL DAN PENDAPATAN PERKAPITA.
  2. KELEMAHAN-KELEMAHAN YG BERSUMBER DARI KENYATAAN BAHWA TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BUKAN SAJA DITENTUKAN OLEH TINGKAT PENDAPATAN MEREKA TETAPI JUGA OLEH ADANYA FAKTOR-FAKTOR LAIN.

KELEMAHAN 1
  1. Kelemahan metodologis & statistis dalam menghitung pendapatan perkapita dgn nilai mata uang sendiri maupun mata uang asing
  2. Terjadi penafsiran yang salah / terlalu rendah thd negara miskin karena jenis-jenis kegiatan di negara miskin terdiri dari unit-unit kecil dan tersebar di berbagai pelosok shg tidak dimasukkan dalam variabel perhitungan pendapatan nasional
  3. Nilai tukar resmi mata uang suatu negara dengan valuta asing tidak mencerminkan perbandingan harga kedua negara, walaupun dalam teori dikatakan nilai tukar ini menyatakan harga

KELEMAHAN 2


FAKTOR-FAKTOR LAIN YANG MENENTUKAN PENDAPATAN DARI TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SUATU NEGARA :
1. FAKTOR EKONOMI :

  • STRUKTUR UMUR PENDUDUK
  • DISTRIBUSI PENDAPATAN TIDAK MERATA, SEBAGIAN TIDAK MENIKMATI HASIL PEMBANGUNAN.
  • CORAK PENGELUARAN MASYARAKAT BERBEDA
  • MASA LAPANG / WAKTU SENGGANG TINGGI
  • PEMBANGUNAN EKONOMI TDK HANYA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT TETAPI JUGA HARUS MENGURANGI JUMLAH PENGANGGURAN.

FAKTOR NON EKONOMI :

-
PENGARUH ADAT ISTIADAT
- KEADAAN IKLIM DAN ALAM SEKITAR
-
KETIDAKBEBASAN BERTINDAK DAN MENGELUARKAN PENDAPAT DAN BERTINDAK

INDIKATOR PEMBANGUNAN MONETER & NON MONETER

INDIKATOR PEMBANGUNAN MONETER


1.
PENDAPATAN PERKAPITA
2. Indikator Kesejahteraan Ekonomi Bersih (Net Economic Welfare) Diperkenalkan William Nordhaus dan James Tobin (1972), menyempurnakan nilai-nilai GNP untuk memperoleh indikator ekonomi yg lebih baik, dgn dua cara :
a. Koreksi Positip : Memperhatikan waktu senggang (leisure time) dan perekonomian sektor informal.
b. Koreksi Negatif : Kerusakan lingkungan oleh kegiatan pembangunan

INDIKATOR PEMBANGUNAN NON MONETER

1. Indikator Sosial
Oleh Backerman ; dibedakan 3 kelompok :
  • Usaha membandingkan tingkat kesejahteraan masy. di dua negara dengan memperbaiki cara perhitungan pendapatan nasional, dipelopori oleh Collin Clark dan Golbert dan Kravis.
  • Penyesuaian pendapatan masy. dibandingkan dengan mempertimbangkan tingkat harga berbagai negara.
  • Usaha untuk membandingkan tingkat kesejahteraan dari setiap negara berdasarkan data yg tdk bersifat moneter (non monetary indicators). Indikator non moneter yg disederhanakan (modified non-monetary indicators).

Indeks Kualitas Hidup dan Pembangunan Manusia (IPM)

Morris D : Physical Quality of Life Index (PQLI) Indeks Kualitas Hidup (IKH) yaitu gabungan tiga faktor :

1. Tingkat Harapan Hidup
2. Angka Kematian
3. Tingkat Melek Huruf
.

Sejak thn 1990 UNDP mengembangkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Human Development Index = HDI) :

(1). Tingkat harapan hidup
(2). Tingkat melek huruf masyarakat dan
(3). Tingkat pendapatan riil perkapita masyarakat
berdasarkan daya beli masing-masing negara.

Besarnya indeks 0 s/d 1. Semakin mendekati 1 berarti indeks pembangunan manusianya tinggi demikian sebaliknya.

Indikator Campuran
BPS : Indikator Kesejahteraan Rakyat Susenas Inti (Core Susenas) Pendidikan : tingkat pendidikan, tingkat melek huruf & tingkat partisipasi pendidikan.


1. Kesehatan
rata-rata hari sakit, fasilitas kesehatan

2. Perumahan
sumber air bersih & listrik, sanitasi & mutu rumah

3. Angkatan Kerja
partisipasi tenaga kerja, jml jam kerja, sumber penghasilan utama, status pekerjaan

4. Keluarga Berencana dan Fertilisasi
Penggunaan ASI, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran, penggunaan alat kontrasepsi

5. Ekonomi
Tingkat konsumsi perkapita

6. Kriminalitas
Jumlah pencurian pertahun, jumlah pembunuhan pertahun, jumlah perkosaan pertahun.

7. Perjalanan wisata
Frekuensi perjalanan wisata pertahun

8. Akses di media massa
Jumlah surat kabar, jumlah radio dan jumlah televisi

Minggu, 19 April 2009

H Basrizal Koto: Sukses dengan kerja keras dan kemauan

Kemiskinan tidak boleh dinikmati tapi dia harus dilawan. Itulah ungkapan kekuatan tekad H Basrizal Koto yang kini menjadi pengusaha sukses di Riau untuk keluar dari kemiskinan yang menimpa diri dan keluarganya di masa lalu. Dia juga tak pernah menyalahkan siapa-siapa mengapa jadi miskin, karena hal itu tidak jalan keluar.Usaha untuk sukses itu bukan jalan yang mudah dan terjadi dalam satu malam. Di mana lelaki kelahiran Kampung Ladang Padusunan Pariaman tahun 1959 ini benar-benar memulai usahanya dari nol tanpa gelar sarjana dan tidak menamatkan Sekolah Dasar.

Hal itu diungkapkan Basrizal Koto yang akrab dipanggil Basko dihadapan ratusan hadirin peserta Silaturahmi Saudagar Minang (SSM) 2007, di Pangeran Beach Hotel Padang saat diminta berbagi kisah suksesnya di dunia bisnis mewakili perantau dalam negeri. Dikesempatan itu turut tampil pengusaha lainnya dari Malaysia H Muhammad Adnan, pengusaha Ranah Minang H Ramal Saleh dan pengusaha profesional Dirut Indosat Johny Swandi Syam. Dengan pembedah dan penanggap H Basril Djabar dan Mochtar Naim

Meski sudah memiliki banyak perusahaan dan usaha, Basko maupun yang lainnya tetap merendahkan diri tak mau mengaku dibilang sudah sukses karena masih banyak pengusaha lainnya lebih berpengalaman dari mereka.

Basko dikesempatan itu mengisahkan kembali masa pahit dialami di masa kecil bersama orang tuanya yang miskin. Sampai untuk menanak nasi harus meminjam beras kepada tetangga dan itupun tak didapati, kecuali ungkapan kasar. Tapi kemiskinan itu ujar Basko, tak menyurutkan semangat dan tekadnya untuk mengubah nasib keluarnya menjadi lebih baik. Berbagai pekerjaan kasar dan keras dilakukannya di masa kecil dan remaja, mulai dari berjualan sabun di pasar, kerupuk, menjadi kernet oplet, membuka jahitan dan lainnya. Keinginan berubah itu menghantarkannya merantau ke Pekanbaru menumpang mobil gratis karena tak ada biaya.

“Saya tidak menyalahkan siapa-siapa mengapa miskin, kemiskinan itu tidak boleh dinikmati tapi dia harus dilawan dengan tekad itu saya bercita-cita merubah nasib,” ungkap Basko.

Kadang tanpa disadarinya menitik air mata saat menceritakan kembali bagaimana kepahitan hidup dijalani seorang “amak” (ibu) yang selalu mendoakan kebaikan dan keberhasilan untuknya. Saat amak sholat tajahud sambil menangis hingga tetes itu jatuh dimuka Basko yang suka tidur di paha orang tua melahirkannya itu. Hadirinpun ikut terbawa haru mengikuti berbagai kisah-kisah berat dijalani Basko hingga kini telah menjadi pengusaha disegani ditingkat nasional.

Meski berhasil di rantau Basko mengatakan tak melupakan memberikan peran kepada kampung halaman. Pernah di masa lalu membuka dealer Chevrolet dan mengkreditkan 500 unit mobil kepada sopir-sopir di Sumbar dengan bayaran ditagih setiap harinya sampai kemudian mobil itu menjadi milik pribadi para sopir. Dalam kisah sukses ini Basko berpesan agar jangan pernah gamang dengan keadaan apapun. Semua dapat diraih dengan semangat dan kerja keras.

Selain Basko, Ramal Saleh pengusaha eksportir internasional asal Padang ini juga bercerita bagaimana membangun bisnisnya sampai menjalar jampir di 20 negara. Dengan berbisnis di eksportir komoditas hasil tanaman di daerah bisa meraup keuntungan besar dan jumlah eksportir ini masih dalam hitungan jari di daerah.

Eksportir itu diistilahkan Ramal seperti berenang di lautan bebas. Banyak peluang dan rezekinya daripada berenang di dalam kolam (red.di daerah) yang terbatas dan kecil. Usaha digelutinya sejak tahun 1990 ini membuktikan jika jaringan usaha itu penting dalam berniaga.

Di sisi lain Jhony Swandi Syam, Dirut Indosat berdarah Minang ini ikut berbagi kiat bisnis. Meski lebih sebagai pekerja dan memulai karir dari bawah, tapi profesionalitas kunci dari kesuksesan.

Bisnis selular yang dilakoni BUMN jasa komunikasi terbesar di Indonesia ini menurutnya tak lain dari silaturahmi. Dengan keinginan menyambungkan antar orang menjadi bisnis besar saat ini. Untuk itu ungkapnya dalam membangun jaringan bisnis dihindari menambah lawan atau berburuk sangka, karena hal itu akan menyebabkan terbataskan komunikasi dan hubungan.

Basril Djabar menilai, kesuksesan sosok seorang Basko didorong karena memiliki jiwa enterprenuer, spirit yang tinggi dan tak gampang menyerah serta suka bekerja keras. Motivasi dan mentalitas seperti ini hendaknya ditiru oleh generasi muda saat ini yang akan terjun di dunia usaha. Basril Djabar juga mengibarakatnya jika Sumbar merupakan miniatur paling pas gambaran keberpihakan usaha terhadap pribumi dengan tak banyaknya aset atau usaha besar dikuasai kalangan luar. Sedangkan Mochtar Ahmad menekankan pada masalah kejujuran dan nurani, bahwa yang menggerakan akal orang Minang itu hatinya. (rm/tim)

Sabtu, 04 April 2009

Masyarakat Miskin Harus Dapatkan Pelayanan Kesehatan Gratis

Masyarakat Miskin Harus Dapatkan Pelayanan Kesehatan Gratis


26-02-2009
Menteri Kesehatan, Dr.dr. Siti Fadilah Supari, Sp.Jp.(K); menyatakan bahwa penduduk miskin yang secara ekonomi tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas, harus dilayani secara gratis karena biayanya ditanggung pemerintah.

Menteri Kesehatan mengatakan hal itu pada pembukaan Rapat Kerja Nasional Kesehatan yang berthema "Meningkatkan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan" di Hotel Quality Solo, Minggu malam.

Oleh karena itu, kata dia, program Askeskin harus terus ditingkatkan dan dimantapkan. Bahkan mengusahakan jaminan kesehatan tidak saja bagi penduduk miskin, tetapi secara bertahap menjadi jaminan kesehatan sosial sebagai bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Puskesmas harus mampu mengakomodasikan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas, sebagai akibat positif dari pengembangan Desa Siaga. Selain itu juga harus mampu membina berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Desa Siaga melalui Pos Kesehatan Desa.

Rumah sakit, kata dia, harus siap menerima rujukan pelayanan kesehatan dengan pelayanan kesehatan spesialistik yang bermutu. Monitoring di berbagai jenjang harus ditingkatkan, termasuk kesiapan dalam menanggulangi masalah kesehatan bencana alam.

Sejak tahun 2005 dan 2006 telah dilaksanakan program Askeskin yang mencakup 60 juta penduduk miskin dan hampir miskin, dan tahun 2007 mencakup 76,4 juta penduduk miskin.

Pemanfaatan program Askeskin oleh masyarakat miskin terus meningkat. Tahun 2006 jumlah kunjungan rawat jalan tingkat pertama di pskesmas mencapai sekitar 110 juta kunjungan, rawat jalan tingkat lanjut di rumah sakit mencapai hampir 1,6 juta orang.

Ia mengatakan, masyarakat miskin juga telah mendapatkan pelayanan khusus, seperti pertolongan persalinan, hemodialisa, operasi jantung, dan operasi caesar.

Dalam rangka meningkatkan keterjangkauan masyarakat terhadap obat, kata dia, telah diturunkan harga obat generik lebih dari 157 item/jenis sampai 70 persen, dan penurunan harga 1.418 item/jenis obat esensial generik bermerek antara 10-80 persen. Selain itu, telah pula diluncurkan program obat paket seribu.

Ia mengatakan, supaya masyarakat dapat memperoleh informasi yang benar tentang obat generik dan harganya, maka telah dilakukan labelisasi obat generik pada kemasannya dan pencantuman harga eceran tertinggi (HET).

Rapat Kerja Nasional Kesehatan yang berlangsung 24-26 Juni 2007 antara lain membahas program kerja kesehatan nasional 2008, penyakit menular, yakni antisipasi demam berdarah, HIV AIDS, pelaksanaan Askeskin, dan apotek rakyat/obat murah.

http://www.kemenegpdt.go.id/berita.asp?id=349